KBRN, Tarakan. Kinerja keuangan Perumda Air Minum Tirta Alam Tarakan yang tumbuh di tahun 2024 kembali memberikan dampak positif bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan.
Perusahaan milik Pemkot Tarakan ini kembali menyetorkan dividen dari laba yang diperoleh tahun lalu.
Adapun dividen yang disetor mencapai Rp 28,4 miliar yang diserahkan secara simbolis disela acara jumpa pagi di Gedung Serbaguna Kantor Wali Kota Tarakan, Selasa (3/6/2025).
Dividen diserahkan Direktur Perumda Tirta Alam Tarakan, Iwan Setiawan didampingi manajemen, kepada Wali Kota Tarakan, dr. H. Khairul M.Kes selaku kuasa pemilik modal.
Direktur Perumda Tirta Alam Tarakan, Iwan Setiawan menjelaskan, dividen ini tidak lepas dari kinerja positif yang ditunjukkan perusahaan yang dipimpinnya.
Pendapatan Perumda Tirta Alam Tarakan mengalami peningkatan di tahun 2024 yang hampir Rp 104 miliar.
Sedangkan biaya penyusutan juga mengalami penurunan. Dari Rp 42 miliar pada 2023, tersisa Rp 26 miliar pada tahun 2024.
Selain itu, pihaknya juga melakukan efisiensi terhadap biaya operasinal Perumda Tirta Alam Tarakan sehingga mampu meningkatkan laba.
"Kita setor dividen Rp 28 miliar itu karena pendapatan kita meningkat. Sekarang sudah Rp 104 miliar. Biaya penyusutan kita tinggal Rp 26 miliar, kalau tahun 2023 Rp 42 miliar. Kita juga melakukkan efisiensi terhadap operasional PDAM, itu meningkatkan laba PDAM," ujar Iwan Setiawan kepada awak media.
Dividen ini sendiri, menurut Iwan Setiawan, diambil dari laba kotor Perumda Tirta Alam Tarakan, sesuai dengan keputusan Kuasa Pemilik Modal (KPM) dalam hal ini Wali Kota Tarakan.
Iwan Setiawan mengakui, dividen yang diserahkan mengalami kenaikan dari tahun lalu hanya Rp 12 miliar.
Pihaknya berupaya bisa menyetor lagi dividen yang sama pada tahun depan. Karena diperkirakan pendapatan Perumda Tirta Alam Tarakan tahun 2025, berkurang. Dampak PT PRI yang telah menggunakan air bersih hasil pengolahan sendiri.
Dengan penyerahan dividen ini, Iwan Setaiwan juga menegaskan, sekaligus membuktikan bahwa Perumda Tirta Alam Tarakan tidak mengalami kerugian.
"Ini kan pembuktian kalau namanya cerita itu kan bisa dikarang. Kalau saya sih tidak menyalahkan juga, tapi hanya salah membaca saja, salah menafsirkan tanpa menanya sama yang punya data," pungkas Iwan Setiawan. (Rajab)
Sumber : RRI Tarakan